Jumat, 25 Oktober 2013

Melongok Sejarah "Syekh Muhammad Sholeh" Yang Dimakamkan di Gunung Santri



Gunung santri merupakan salah satu bukit
dan nama kampung yang ada di Desa
Bojonegara Kecamatan Bojonegara
Kabupaten Serang Daerah ini berada di
sebelah barat laut daerah pantai utara 7
Kilometer dari Kota Cilegon.
Letak gunung santri berada ditengah
dikelilingi gugusan gunung-gunung yang
memanjang dimulai dari pantai dan
berakhir pada gunung induk yaitu gunung
gede.
Di puncak gunung santri terdapat makan
seorang wali yaitu Syekh Muhammad
Sholeh, jarak tempuh dari kaki bukit
menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa
dilalui dengan berjalan kaki.
Kampung di sekitar gunung santri antara
lain Kejangkungan, Lumajang, Ciranggon,
Beji, Gunung Santri dan Pangsoran. Di kaki
bukit sebelah utara di kampung Beji
terdapat masjid kuno yang seumur dengan
masjid Banten lama yaitu Masjid Beji yang
merupakan masjid bersejarah yang masih
kokoh tegak berdiri sesuai dengan bentuk
aslinya sejak zaman Kesultanan Banten
yang kala itu Sultan Hasanudin memimpin
Banten.
Syekh Muhammad Sholeh adalah Santri dari
Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau
menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau
lebih di kenal dengan gelar Sunan Gunung
Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada
masa itu penguasa Cirebon. Dan Syeh
Muhamad Sholeh diperintahkan oleh Sultan
Syarif Hidayatullah untuk mencari putranya
yang sudah lama tidak ke Cirebon dan
sambil berdakwah yang kala itu Banten
masih beragama hindu dan masih dibawah
kekuasaan kerajaan pajajaran yang
dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun dengan
pusat pemerintahanya berada di Banten
Girang.
Sesuai ketelatennya akhirnya Syekh
Muhammad Sholeh pun bertemu Sultan
Hasanudin di Gunung Lempuyang dekat
kampung Merapit Desa UkirSari Kec.
Bojonegara yang terletak di sebelah barat
pusat kecamatan yang sedang Bermunajat
kepada Allah SWT. Setelah memaparkan
maksud dan tujuannya, Sultan Hasanudin
pun menolak untuk kembali ke Cirebon.
Karena kedekatannya dengan ayahnya
Sultan Hasanudin yaitu Syarif Hidayatullah,
akhirnya Sultan Hasanudin pun
mengangkat Syekh Muhammad Sholeh
untuk menjadi pengawal sekaligus
penasehat dengan julukan “Cili Kored”
karena berhasil dengan pertanian dengan
mengelola sawah untuk hidup sehari-hari
dengan julukan sawah si derup yang
berada di blok Beji.
Syiar agam Islam yang dilakukan Sultan
Hasanudin mendapat tantangan dari Prabu
Pucuk Umun, karena berhasil menyebarkan
agama Islam di Banten sampai bagian
Selatan Gunung Pulosari (Gunung Karang)
dan Pulau Panaitan Ujung Kulon.
Keberhasilan ini mengusik Prabu Pucuk
Umun karena semakin kehilangan
pengaruh, dan menantang Sultan
Hasanudin untuk bertarung dengan cara
mengadu ayam jago dan sebagai
taruhannya akan dipotong lehernya,
tantangan Prabu Pucuk umun diterima oleh
sultan Hasanudin.
Setelah Sultan Hasanudin bermusyawarah
dengan pengawalnya Syekh Muhamad
Soleh, akhirnya disepakati yang akan
bertarung melawan Prabu Pucuk Umun
adalah Syekh Muhamad Sholeh yang bisa
menyerupai bentuk ayam jago seperti
halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi
karena kekuasaan Allah SWT.
Pertarungan dua ayam jago tersebut
berlangsung seru namun akhirnya ayam
jago milik Sultan Maulana Hasanudin yang
memenangkan pertarungan dan membawa
ayam jago tersebut kerumahnya.
Ayam jago tersebut berubah menjadi sosok
Syekh Muhammad Sholeh sekembalinya di
rumah Sultan Maulana Hasanudin. Akibat
kekalahan adu ayam jago tersebut Prabu
Pucuk Umun pun tidak terima dan
mengajak berperang Sultan Maulana
Hasanudin, mungkin sedang naas pasukan
Prabu Pucuk Umun pun kalah dalam
perperangan dan mundur ke selatan
bersembunyi di pedalaman rangkas yang
sekarang dikenal dengan suku Baduy.
Setelah selesai mengemban tugas dari
Sultan Maulana Hasanudin, Syekh
Muhammad Sholeh pun kembali ke
kediamannya di Gunung santri dan
melanjutkan aktifitasnya sebagai mubaligh
dan menyiarkan agama Islam kembali.
Keberhasilan Syekh Muhammad Sholeh
dalam menyebarkan agama Islam di pantai
utara banten ini didasari dengan rasa
keihlasan dan kejujuran dalam
menanamkan tauhid kepada santrinya,
semua itu patut di teladani oleh kita semua
oleh generasi penerus untuk menegakkan
amal ma’rup nahi mungkar.
Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau
berpesan kepada santrinya jika ia wafat
untuk dimakamkan di Gunung Santri dan di
dekat makan beliau terdapat pengawal
sekaligus santri syekh Muhammad Sholeh
yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang
setia menemani syekh dalam meyiarkan
agama Islam. Syekh Muhammad Sholeh
wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M.
Jalan menuju makam Waliyullah tersebut
mencapai kemiringan 70-75 Derajat
sehingga membutuhkan stamina yang
prima untuk mencapai tujuan jika akan
berziarah. Jarak tempuh dari tol cilegon
Timur 6 KM kearah Utara Bojonegara, jika
dari Kota Cilegon melalui jalan Eks Matahari
lama sekarang menjadi gedung Cilegon
Trade Center 7 KM kearah utara Bojonegara
disarikan dari buku “Gunung Santri Objek
Wisata Religius”.

Sumber: wisatabanten.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar